Ditinjau dari kesetiaan (fidelity) terhadap bentuk sinyal sesungguhnya yang sedang diukur, secara umum ART lebih unggul. Hal ini disebabkan sifat osiloskop analog hanya mengkondisikan sinyal masukan, melemahkan (memperkecil) dan menguatkan (memperbesar) dalam peragaannya di layar, maka kebutuhan esensi dari senyal masukan tetap utuh. Kesetiaan sinyal (signal fidility) menyatakan suatu ukuran seberapa dekat bentuk gelombang yang diragakan oleh osiloskop sesuai dengan bentuk gelombang masukan sesungguhnya. Namun demikian dengan teknologi yang sudah maju sekarang ini, keunggulan osiloskop analog dalam bidang ini sudah dapat dipatahkan oleh osiloskop digital.
Karena pancaran berkas electron dalam osiloskop analog bergerak pada suatu kecepatan yang sebanding dengan frekuensi gelombang yang di ukur, makin cepat frekuensi yang diukur, makin lekas pula pancaran menggambarkannya sehingga jejak yang Nampak di layar makin redup disbanding dengan bagan-bagian yang lebih lambat dari gelombang yang diukur (gray scaling). Kondisi ini memberikan gelagar tentang frekuensi relative ketika menganalisa phenomena sinyal yang saling tumpang indih atau ober-layed seperti halnya pada bentuk gelombang video.
Osiloskop digital juga mempunyai periode-periode holdoff, tetapi waktu mati ini digunakan untuk pemrosesan gelombang dan fungsi-fungsi penyimpanan. Karena osiloskop digital harus membentuk begitu banyak operasi sebelum meragakan suatu bentuk gelombang, ia mempunyai waktu holdoff yang substansial dengan cela yang tetap dalam orde puluhan mili detik diantara saat penerimaan gelombang. Untuk produk peralatan yang baru, waktu holdoff yang relative besar pada DSO dapat di konpensasi dengan memori yang lebih besar dan menggunakan fungsi-fungsi pemicuan khusus sebagai pengganti pemicuan secara sekuensial. Dengan metode picu khusus ini osiloskop digital dapat disep untuk memicu dlam semua kejadian dari bentuk gelombang yang sedang diamati.
Dalam hal penyimpanan bentuk gelombang yang di ukur,jelas di sini DSO memiliki keunggulan karena ia memiliki memori. Osiloskop analog tidak dapat secara otomatis menyimpan gelombang yang diukurnya. Paling osiloskop analog mungkin dapat mengirim kopi gelombang yang diukur ke printer, tetapi pekerjaan ini hanya untuk gelombang-gelombang yang relatif stabil. Perekaman bentuk gelombang dapat pula dengan menggunakan kamera osiloskop di depan peraga ART dengan menggunakan teknik fotografi.
Dalam hal pengukuran gelombang tunggal (sigle shoot), tak terkecuali osiloskop digital juga dapat menyimpannya. Namun tergantung pada laju pencuplikannya, karena seringkali osiloskop digital mempunyai lebar pita yang lebih rendah dari pada akisisi gelombang yang relative. Ketika sebuah osiloskop digital dalam mode gelombang bentuk tunggal berusaha untuk memperoleh suatu bentuk gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi dari pada lebar pita gelombang bentuk tunggalnya, ia akan meragakan suatu fersi caat yang disebut aliasing.
Osiloskop analog meragakan gelombang bentuk tunggal atau yang berulang sampai ke lebar pita penuh yang dimilikinya. Tetapi dapat terjadi suatu kejadian satu waktu yang biasanya terjadi sedemikian cepat sehingga hanya sebuah kamera osiloskop yang dapat menagkap kejadian tersebut. Kejadian-kejadian gelombang bentuk tunggal seringkali Nampak begitu suram dalam peragaan osiloskp analog karena sifat transien dan kecepatannya. Namun demikian seperti yang telah disebutkan di atas bahw kendala ini dapat diatasi melalui penerapan teknologi MCP.
Thanks
BalasHapus